Senin, 25 Agustus 2014
Pembelajaran Dasar Kelistrikan menggunakan Mind Mapping
Mind Map (Peta Pikiran) dapat diartikan sebagai suatu cara untuk
mengorganisasikan dan menyajikan konsep, ide, tugas atau informasi
lainnya dalam bentuk diagram radial-hierarkis non-linier. Mind Map pada umumnya
menyajikan informasi yang terhubung dengan topik sentral, dalam bentuk kata
kunci, gambar (simbol), dan warna sehingga suatu informasi dapat dipelajari dan
diingat secara cepat dan efisien.
Kegunaan Mapping
- Mengumpulkan berbagai keperluan secara data yang hendak digunakan secara sistematis
- Mengembangkan dan menganalisis ide /pengetahuan seperti yang dilakukan pada saat proses belajar mengajar
- Memudahkan untuk melihat kembali sekaligus mengulang Ide dan gagasan
- Mempermudah proses brain stroming karena ide dan gagasan yang selama ini tidak mudah direkam maka lebih mudah karena dituangkan dlam kertas.
- Menyederhanakan struktur ide dan gagasan yang semula rumit menjadi lebih mudah.
- Menyeleksi informasi berdasarkan sesuatu yang dianggap penting
- Mengasah kemampuan kerja otak karena mapping penuh dengan kreatifitas.
Keunggulan mapping
- Menarik dan mudah tertangkap mata
- Dapat melihat sejumlah data dengan mudah
Unsur pembentuk mapping
- Tema besar (central image)
Topik atau subyek
yang akan dijadikan sebagai topik pembahasan terletak di tengah – tengah. Pada Kompetensi Dasar – Dasar kelistrikan dijadikan
sebagai tema besarnya.
- Subtema
Cabang dari tema
besar yang telah dikelompokkan secara sistematis berdasarkan kategori tertentu.
Subtema dapat dikembangkan lagi menjadi subtema yang lebih spesifik.
Sub tema yang diangkat adalah
Pengertian arus listrik, karakteristik listrik, Hukum Ohm, Rangkaian seri dan
paralel, Kemagnetan.
Guru Marah, Bolehkah?
Para ahli psikologi modern memandang kemarahan sebagai suatu emosi primer, alami, dan matang yang dialami oleh semua manusia pada suatu waktu, dan merupakan sesuatu yang memiliki nilai fungsional untuk kelangsungan hidup. Kemarahan dapat memobilisasi kemampuan psikologis untuk tindakan korektif. Namun, kemarahan yang tak terkendali dapat berdampak negatif terhadap kualitas hidup pribadi dan sosial (reff: wikipedia).Sebenarnya bolehkah guru marah pada siswa? tips berikut ini adalah pendapat dari Agus Sampurno @guru kreatif dalam kondisi apa marah pada siswa itu boleh dan tidak diperbolehkan.
- Jawabannya boleh. Asal penyebabnya bukan karena harga diri guru. Guru boleh marah pada siswa karena sebagai guru ia peduli pada masa depan siswa nya.
- Silakan marah pada perilaku dan kinerja murid anda. Marah karena anda kesal atau tidak suka pada siswa anda secara pribadi atau karena faktor lain, sangat-sangat ter larang.
- Marah lah dengan melipat tangan anda ke belakang, ini untuk menghindari ‘tangan melayang’ dari guru kepada siswa nya
- atur napas dengan baik jika anda merasa sudah marah sekali
- Jika ada anak yang terus ber ulah dan membuat anda kesal, cari tahu latar belakang keluarga dan masalah yang dihadapi anak tersebut. Dijamin anda jadi punya wawasan baru tentang mengapa siswa tsb bersikap menyebalkan.
- Komunikasi dengan sesama guru untuk cari solusi dan kontak orang tua siswa sebagai cara meredakan masalah.
Siapa pun bisa marah – marah itu mudah. Tetapi, marah pada orang yang tepat, dengan kadar yang sesuai, pada waktu yang tepat, demi tujuan yang benar, dan dengan cara yang baik – bukan hal mudah.
Aristoteles
Aristoteles
Siswa dengan Guru "dekat", Bolehkah ?
Berikut adalah pendapat para pakar tentang kedekatan guru dengan siswa :
1. Suharsimi (1984) dalam bukunya menyatakan bahwa proses belajar terjadi antara guru dengan siswa. Proses tersebut jua dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses itu sendiri. Jadi cara belajar siswa dipengaruhi oleh relasinya dengan gurunya.
Didalam relasi yang baik, siswa akan menyukai gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya dan begitu juga sebaliknya. Guru yang kurang berinteraksi dengan siswa yang secara akrab, menyebabkan proses berlajar mengajar kurang lancar. Jika siswa merasa jauh dari guru, maka segan berpartisipasi secara aktif dalam belajar.
2. Maulana Azzam : Kedekatan siswa dengan guru pada saat ini sebenarnya perlu disikapi dengan benar, ada porsi yang terukur. Satu sisi siswa merasakan nyaman dan senang bila diajarkan dan satu sisi etika dan adab siswa terhadap gurunya tetap terjaga. Satu lagi diluar kedinasan sang guru siap mejadi figur orang tua sekaligus teman yang baik bagi siswanya. Pada akhirnya tinggal sikap sang gurulah yang mampu selalu untuk mengelola kualitas dirinya.
3. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, banyak dipengaruhi komponen-komponen belajar-mengajar. Sebagai contoh bagaimana cara mengorganisasikan materi, metode yang diterapkan, media yang digunakan, dan lain-lain. Tetapi disamping komponen-komponen pokok yang ada dalam kegiatan belajar mengajar, ada faktor lain yang ikut mempengaruhi keberhasilan siswa, yaitu soal hubungan antara guru dan siswa.
Hubungan guru dan siswa didalam proses belajar mengajar merupakan faktor yang sangat menentukan. Begaimanapun baiknya bahan pelajaran yang diberikan, bagaimanapun sempurnanya metode yang digunakan, namun jika hubungan guru-siswa merupakan hubungan yang tidak harmonis, maka dapat menciptakan suatu hasil yang tidak diinginkan (Sardiman : 2004).
1. Suharsimi (1984) dalam bukunya menyatakan bahwa proses belajar terjadi antara guru dengan siswa. Proses tersebut jua dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses itu sendiri. Jadi cara belajar siswa dipengaruhi oleh relasinya dengan gurunya.
Didalam relasi yang baik, siswa akan menyukai gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya dan begitu juga sebaliknya. Guru yang kurang berinteraksi dengan siswa yang secara akrab, menyebabkan proses berlajar mengajar kurang lancar. Jika siswa merasa jauh dari guru, maka segan berpartisipasi secara aktif dalam belajar.
2. Maulana Azzam : Kedekatan siswa dengan guru pada saat ini sebenarnya perlu disikapi dengan benar, ada porsi yang terukur. Satu sisi siswa merasakan nyaman dan senang bila diajarkan dan satu sisi etika dan adab siswa terhadap gurunya tetap terjaga. Satu lagi diluar kedinasan sang guru siap mejadi figur orang tua sekaligus teman yang baik bagi siswanya. Pada akhirnya tinggal sikap sang gurulah yang mampu selalu untuk mengelola kualitas dirinya.
3. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, banyak dipengaruhi komponen-komponen belajar-mengajar. Sebagai contoh bagaimana cara mengorganisasikan materi, metode yang diterapkan, media yang digunakan, dan lain-lain. Tetapi disamping komponen-komponen pokok yang ada dalam kegiatan belajar mengajar, ada faktor lain yang ikut mempengaruhi keberhasilan siswa, yaitu soal hubungan antara guru dan siswa.
Hubungan guru dan siswa didalam proses belajar mengajar merupakan faktor yang sangat menentukan. Begaimanapun baiknya bahan pelajaran yang diberikan, bagaimanapun sempurnanya metode yang digunakan, namun jika hubungan guru-siswa merupakan hubungan yang tidak harmonis, maka dapat menciptakan suatu hasil yang tidak diinginkan (Sardiman : 2004).
Langganan:
Postingan (Atom)