Selasa, 22 Juli 2014

Belajar Otomotif Mengggunakan Team Games Tournament

Teknik kendaraan ringan adalah kompetensi keahlian bidang teknik otomotif yang menekankan keahlian pada bidang penguasaan jasa perbaikan kendaraan ringan. Tujuan Kompetensi Keahlian Teknik  Kendaraan Ringan secara umum mengacu pada isi Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 3 mengenai tujuan pendidikan nasional dan penjelasan pasal 15 yang menyebutkan pendidikan kejuruan  pendidikan menengah mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja di bidang tertentu.Secara khusus tujuan Kompetensi Keahlian Teknik  Kendaraan Ringan  membekali peserta didik  dengan keterampilan, pengetahuan dan sikap agar kompeten dalam(a)Perawatan dan perbaikan motor otomotif,(b)Perawatan dan perbaikan sistem pemindah tenaga otomotif, (c) Perawatan dan perbaikan chasis otomotif,(d) Perawatan dan perbaikan sistem kelistrikan otomotif,(e)Perawatan dan perbaikan sistem pengkondisi udara otomotif.
Pada dasarnya pembelajaran mata pelajaran Kejuruan Otomotif di Sekolah Menegah Kejuruan terdiri dari teori dan praktek, 30% hasil belajar siswa di ambil dari hasil teori dan 70%nya diambil dari hasil praktek siswa. Siswa membutuhkan pemahaman dan pengalaman agar dapat memanfaatkan keterampilan memelihara dan memperbaiki sistem- sistem pada motor otomotif , hal ini mengartikan bahwa siswa dituntut untuk dapat menguasai teori maupun praktek. Siswa akan lebih mudah melakukan trouble shoting pada kendaraan dan mengetahui kerusakan pada kendaraan.
Sebelum kegiatan belajar mengajar praktek dilaksanakan, terlebih dahulu siswa harus belajar tentang nama komponen dan cara kerjanya sehingga mampu melaksanakan perawatan dan perbaikan sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP). Kendala yang sering ditemui pada saat pembelajaran teori siswa kurang aktif dan terlihat bosan, mereka lebih menyukai pembelajaran yang bersifat praktek.
Penulis  menerapkan Teams Games Turnament pada pembelajaran Pemindah daya pada sub pokok bahasan KOPLING.
Teams Games-Tournaments (TGT) pada mulanya dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards. Dalam TGT, para siswa dikelompokkan dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang heterogen. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran (Slavi, 2008). Secara umum, pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki prosedur belajar yang terdiri atas siklus regular dari aktivitas pembelajaran kooperatif. Games Tournament dimasukkan sebagai tahapan review setelah setelah siswa bekerja dalam tim.
TGT memiliki dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan permainan. Teman satu tim akan saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain, tetapi sewaktu siswa sedang bermain dalam game temannya tidak boleh membantu, memastikan telah terjadi tanggung jawab individual.
Permainan TGT berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu-kartu yang diberi angka. Tiap-tiap siswa akan mengambil sebuah kartu dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan angka yang tertera. Turnamen ini memungkinkan bagi siswa untuk menyumbangkan skor-skor maksimal buat kelompoknya. Turnamen ini juga dapat digunakan sebagai review materi pelajaran.
Dalam implementasinya secara teknis Slavin (2008) mengemukakan empat langkah utama dalam pembelajaran dengan teknik TGT yang merupakan siklus regular dari aktivitas pembelajaran, sebagai berikut: Step 1: Pengajaran, pada tahap ini guru menyampaikan materi pelajaran. Step 2: Belajar Tim, para siswa mengerjakan lembar kegiatan dalam tim mereka untuk menguasai materi. Step 3: Turnamen, para siswa memainkan game akademik dalam kemampuan yang homogen, dengan meja turnamen tiga peserta (kompetisi dengan tiga peserta).Step 4: Rekognisi Tim, skor tim dihitung berdasarkan skor turnamen anggota tim, dan tim tersebut akan direkognisi apabila mereka berhasil melampaui kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
Sedangkan pelaksanaan games dalam bentuk turnamen yang saya lakukan pada materi kopling adalah sebagai berikut : (1) Guru membagi kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4-5 orang. Jumlah anggota tiap kelompok harus sama untuk memudahkan dalam turnamen dan wajib mempunyai nama dan yel yel yang dapat membangkitkan semangat (2) Guru menyiapkan meja turnamen dan satu set kartu soal sesuai jumlah kelompok,(3) Anggota kelompok secara bergantian mengerjakan kartu soal yang ada pada meja turnamen dengan pembatasan waktu, misalnya untuk mengerjakan satu kartu soal anggota kelompok diberi waktu 2 menit. Setiap anggota kelompok minimal mengerjakan 2 kartu soal,(4) Setelah selesai, skor yang diperoleh  setiap anggota kelompok menjadi nilai individu dan disumbangkan sebagai nilai kelompok.
Untuk melatih kejujuran dan kepedulian siswa dengan anggota kelompoknya, saya menetapkan aturan jika dalam turnamen ada salah satu anggota kelompok yang tidak sportif atau curang maka nilai untuk satu kelompok tersebut adalah nol.

Model Pembelajaran ini dapat dilaksanakan pada kompetensi  yang terdiri dari beberapa pokok bahasan. Misalnya pada sistem pemindah daya terdiri dari rangkaian kopling, transmisi, propeller shaft, differential dan rear axle. Setiap kelompok dapat berkompetisi di setiap pokok bahasan, sehingga siswa berlomba lomba untuk memenangkan kelompoknya dengan berusaha menguasai setiap meteri yang di sampaikan guru.

0 komentar:

Posting Komentar