Pada
standar kompetensi memelihara baterai siswa jurusan Teknik Kendaraan Ringan
harus menguasai teori tentang baterai meliputi dapat menjelaskan prinsip kerja
baterai, mengidentifikasi kontruksi baterai, mengidentifikasi jenis, dimensi,
dan kode baterai, memperbaiki baterai, merawat baterai dan menjumper
baterai.Teori yang melandasi tentang baterai harus dipelajari siswa terlebih
dahulu sebelum melaksanakan praktek. Permasalahan yang timbul siswa cenderung
bosan pada pelajaran teori dan tingkat minat baca yang rendah.
Metode
pembelajaran yang dilakukan oleh guru mempunyai peranan yang sangat penting
dalam keberhasilan pendidikan. Penggunaan metode yang tepat akan menentukan
keefektifan dan keefisienan dalam proses pembelajaran. Guru harus senantiasa
mampu memilih dan menerapkan metode yang tepat sesuai dengan pokok bahasan yang
diajarkan. Terdapat beberapa metode yang telah lama digunakan oleh para guru
antara lain ; meode ceramah, metode tanya jawab, dan metode resitasi.
Serentetan metode tersebut bisa dikatakan metode konvensional. Model
pembelajaran konvensional yang selama ini digunakan oleh sebagian besar guru
yang tidak sesuai dengan tuntutan jaman, karena pembelajaran yang dilakukan
kurang memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi siswa untuk aktif
mengkonstruksi pengetahuannya. Salah satu model pembelajaran yang dimungkinkan
mampu mengantisipasi kelemahan model pembelajaran konvensional adalah
dengan menggunakan model pembelajaran tipe jigsaw. Pembelajaran model ini
lebih meningkatkan kerja sama antar siswa. Kelas dibagi menjadi
kelompok-kelompok belajar yang terdiri dari siswa-siswa yang bekerja sama dalam
suatu perencanaan kegiatan. Dalam pembelajaran ini setiap anggota kelompok
diharapkan dapat saling bekerja sama dan bertanggung jawab baik kepada dirinya
sendiri maupun pada kelompoknya.
Teknik mengajar
jigsaw dikembangkan oleh Aronson et al sebagai metode cooperative learning. Metode
Jigsaw learning adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari
beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan
bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota
kelompok lain. Belajar ala JIGSAW merupakan alternatif menarik bila ada materi
belajar yang bisa disegmentasikan atau dibagi-bagi dan bagian – bagiannya
diajarkan secara berurutan. Tiap siswa mempelajari tiap topik bila digabungkan
dengan membentuk kumpulan pengetahuan atau ketrampilan terpadu.Secara umum
pelaksanaan jigsaw adalah membagi siswa dalam kelompok sesuai materi kemudian
siswa membaca dan mengerjakan bagian masing – masing, setelah selesai siswa
saling berbagi . Dalam kegiatan ini siswa bisa saling melengkapi dan berinteraksi.
Metode jigsaw adalah teknik pembelajaran kooperatif di mana siswa,
bukan guru, yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan
pembelajaran. Tujuan dari jigsaw ini adalah mengembangkan kerja tim,
ketrampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang
tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi
sendirian.
Langkah-langkah
dalam pembelajaran dengan menggunakan metode Jigsaw adalah: (1) Kelas dibagi
menjadi beberapa tim atau kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang dengan
karakteristik yang berbeda. Pada materi baterai siswa dibagi menjadi 6 sesuai
jumlah komptensi dasar yang harus dikuasai siswa, (2) Setiap siswa yang ada di
“kelompok awal” mengkhususkan diri pada satu bagian dari sebuah unit
pembelajaran. Para siswa kemudian bertemu dengan anggota kelompok lain yang
ditugaskan untuk mengerjakan bagian yang lain, dan setelah menguasai materi
lainnya ini mereka akan pulang ke kelompok awal mereka dan menginformasikan
materi tersebut ke anggota lainnya.(3) Semua siswa dalam “kelompok awal” telah
membaca materi yang sama dan mereka bertemu serta mendiskusikannya untuk
memastikan pemahaman.(4) Mereka kemudian berpindah ke “kelompok jigsaw” –
dimana anggotanya berasal dari kelompok lain yang telah membaca bagian tugas
yang berbeda. Dalam kelompok-kelompok ini mereka berbagi pengetahuan dengan
anggota kelompok lain dan mempelajari materi-materi yang baru.(5) Setelah
menguasai materi baru ini, semua siswa pulang ke “kelompok awal” dan setiap
anggota berbagi pengetahuan yang baru mereka pelajari dalam kelompok “jigsaw.”
Seperti dalam “jigsaw puzzle” (teka-teki potongan gambar), setiap potongan
gambar – analogi dari setiap bagian pengetahuan – adalah penting untuk
penyelesaian dan pemahaman utuh dari hasil akhir.
Variasi
yang bisa dilakukan pada kompetensi memelihara baterai ala permainan jigsaw
adalah sebagai berikut: Sebelum siswa masuk pada pelajaran, minggu sebelumnya
diberikan tugas dengan metode JIGSAW. Siswa dibagi menjadi 6 kelompok sesuai
jumlah materi yang harus dikuasai siswa pada kompetensi memelihara baterai.
Kelompok ini yang nanti menjadi tenaga ahli dengan mencari materi di internet
dan buku referensi. Setiap tenaga ahli diharapkan telah mempelajari materi
sebelum pelajaran. Pada saat pelajaran setiap tenaga ahli siap berbagi materi
yang telah dikuasainya.Guru hanya sebagai fasilitator membimbing dan
mengarahkan selama pelajaran berlangsung.
Setiap
penerapan metode pembelajaran ada kelebihan dan kekurangan yang akan kita temui
. Penerapan Belajar ala jigsaw akan menemui kendala jika pembagian kelompok
tidak heterogen karena dimungkinkan kelompok yang anggotanya lemah semua
mengkibatkan penyampaian materi yang dikuasai lemah tersebut menjadi kurang
efektif. Jika ini terjadi guru harus membimbing, mengarahkan sehingga kelompok
yang lemah lebih termotivasi untuk membuktikan bahwa sebenarnya mereka bukan
kelompok yang lemah. Pengelompokan dilakukan dengan terlebih dahulu mengurutkan
kemampuan siswa dalam kelas (siswa tidak perlu tahu) dari peringkat kelas.
Misalnya jumlah siswa dalam kelas 32 orang, kita bagi dalam bagian 25%
(rangking 1-8) kelompok sangat baik, 25% (rangking 9-16) kelompok baik, 25 %
selanjutnya (rangking 17-24) kelompok sedang. 25% (rangking 25-32) rendah.
Selanjutnya kita akan membaginya menjadi 6 kelompok (A-F) yang isi tiap-tiap
grupnya heterogen dalam kemampuan , berilah indeks 1 untuk siswa dalam kelompok
sangat baik, indek 2 untuk kelompok baik, indek 3 untuk kelompok sedang dan
indek 4 untuk kelompok rendah.
Kendala
lain yang ditemui adalah penugasan anggota kelompok untuk menjadi ahli tidak
sesuai kemampuan atau kompetensi yang dikuasainya. Siswa yang memiliki
kemampuan membaca dan berfikir rendah akan mengalami kesulitan untuk
menjelaskan materi ketika sebagai tenaga ahli sehingga dimungkinkan terjadinya
kesalahan. Sebelum tim ahli kembali ke kelompok asal yang akan bertugas sebagai
tutor sebaya, perlu dilakukan tes penguasaan materi yang menjadi tugas mereka.
Bila ditemukan ada anggota ahli yang belum tuntas, maka dilakukan remedial yang
dilakukan oleh teman satu tim. Dalam hal ini guru berperan sebagai pedamping,
penolong, dan mengarahkan siswa dalam mempelajari materi pada kelompok ahli
yang bertugas menjelaskan materi kepada teman-temannya.
Kendala yang terjadi
akan menjadi kekuatan pada pembelajaran ala Jigsaw. Guru sangat berperan dalam
mendampingi, mengarahkan, menolong, motivator dan fasilitator saat
pembelajaran. Materi yang banyak dapat dicapai dalam waktu singkat. Metode
pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan
berpendapat. Peran guru sangat menentukan pada pembelajaran ala jigsaw,
diharapkan siswa lebih giat belajar pada malam harinya, mempunyai minat
baca, dan lebih percaya diri dalam
menyampaikan pendapat. Hasil belajar yang memuaskan dan karakter siswa dalam
berkomunikasi, saling menghargai dan rasa ingin tahu dapat ditingkatkan.
0 komentar:
Posting Komentar