Selasa, 22 Juli 2014

Belajar Teori Baterai ala permainan JIGSAW

Pada standar kompetensi memelihara baterai siswa jurusan Teknik Kendaraan Ringan harus menguasai teori tentang baterai meliputi dapat menjelaskan prinsip kerja baterai, mengidentifikasi kontruksi baterai, mengidentifikasi jenis, dimensi, dan kode baterai, memperbaiki baterai, merawat baterai dan menjumper baterai.Teori yang melandasi tentang baterai harus dipelajari siswa terlebih dahulu sebelum melaksanakan praktek. Permasalahan yang timbul siswa cenderung bosan pada pelajaran teori dan tingkat minat baca yang rendah.
Metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam keberhasilan pendidikan. Penggunaan metode yang tepat akan menentukan keefektifan dan keefisienan dalam proses pembelajaran. Guru harus senantiasa mampu memilih dan menerapkan metode yang tepat sesuai dengan pokok bahasan yang diajarkan. Terdapat beberapa metode yang telah lama digunakan oleh para guru antara lain ; meode ceramah, metode tanya jawab, dan metode resitasi. Serentetan metode tersebut bisa dikatakan metode konvensional. Model pembelajaran konvensional yang selama ini digunakan oleh sebagian besar guru yang tidak sesuai dengan tuntutan jaman, karena pembelajaran yang dilakukan kurang memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi siswa untuk aktif mengkonstruksi pengetahuannya. Salah satu model pembelajaran yang dimungkinkan mampu mengantisipasi kelemahan model pembelajaran konvensional  adalah dengan menggunakan model pembelajaran tipe jigsaw. Pembelajaran  model ini lebih meningkatkan kerja sama antar siswa. Kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok belajar yang terdiri dari siswa-siswa yang bekerja sama dalam suatu perencanaan kegiatan. Dalam pembelajaran ini setiap anggota kelompok diharapkan dapat saling bekerja sama dan bertanggung jawab baik kepada dirinya sendiri maupun pada kelompoknya.
Teknik mengajar jigsaw dikembangkan oleh Aronson et al sebagai metode cooperative learning. Metode Jigsaw learning adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota kelompok lain. Belajar ala JIGSAW merupakan alternatif menarik bila ada materi belajar yang bisa disegmentasikan atau dibagi-bagi dan bagian – bagiannya diajarkan secara berurutan. Tiap siswa mempelajari tiap topik bila digabungkan dengan membentuk kumpulan pengetahuan atau ketrampilan terpadu.Secara umum pelaksanaan jigsaw adalah membagi siswa dalam kelompok sesuai materi kemudian siswa membaca dan mengerjakan bagian masing – masing, setelah selesai siswa saling berbagi . Dalam kegiatan ini siswa bisa saling melengkapi dan berinteraksi.  Metode  jigsaw adalah teknik pembelajaran kooperatif di mana siswa, bukan guru, yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran. Tujuan dari jigsaw ini adalah mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian.
Langkah-langkah dalam pembelajaran dengan menggunakan metode Jigsaw adalah: (1) Kelas dibagi menjadi beberapa tim atau kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang dengan karakteristik yang berbeda. Pada materi baterai siswa dibagi menjadi 6 sesuai jumlah komptensi dasar yang harus dikuasai siswa, (2) Setiap siswa yang ada di “kelompok awal” mengkhususkan diri pada satu bagian dari sebuah unit pembelajaran. Para siswa kemudian bertemu dengan anggota kelompok lain yang ditugaskan untuk mengerjakan bagian yang lain, dan setelah menguasai materi lainnya ini mereka akan pulang ke kelompok awal mereka dan menginformasikan materi tersebut ke anggota lainnya.(3) Semua siswa dalam “kelompok awal” telah membaca materi yang sama dan mereka bertemu serta mendiskusikannya untuk memastikan pemahaman.(4) Mereka kemudian berpindah ke “kelompok jigsaw” – dimana anggotanya berasal dari kelompok lain yang telah membaca bagian tugas yang berbeda. Dalam kelompok-kelompok ini mereka berbagi pengetahuan dengan anggota kelompok lain dan mempelajari materi-materi yang baru.(5) Setelah menguasai materi baru ini, semua siswa pulang ke “kelompok awal” dan setiap anggota berbagi pengetahuan yang baru mereka pelajari dalam kelompok “jigsaw.” Seperti dalam “jigsaw puzzle” (teka-teki potongan gambar), setiap potongan gambar – analogi dari setiap bagian pengetahuan – adalah penting untuk penyelesaian dan pemahaman utuh dari hasil akhir.
Variasi yang bisa dilakukan pada kompetensi memelihara baterai ala permainan jigsaw adalah sebagai berikut: Sebelum siswa masuk pada pelajaran, minggu sebelumnya diberikan tugas dengan metode JIGSAW. Siswa dibagi menjadi 6 kelompok sesuai jumlah materi yang harus dikuasai siswa pada kompetensi memelihara baterai. Kelompok ini yang nanti menjadi tenaga ahli dengan mencari materi di internet dan buku referensi. Setiap tenaga ahli diharapkan telah mempelajari materi sebelum pelajaran. Pada saat pelajaran setiap tenaga ahli siap berbagi materi yang telah dikuasainya.Guru hanya sebagai fasilitator membimbing dan mengarahkan selama pelajaran berlangsung.
Setiap penerapan metode pembelajaran ada kelebihan dan kekurangan yang akan kita temui . Penerapan Belajar ala jigsaw akan menemui kendala jika pembagian kelompok tidak heterogen karena dimungkinkan kelompok yang anggotanya lemah semua mengkibatkan penyampaian materi yang dikuasai lemah tersebut menjadi kurang efektif. Jika ini terjadi guru harus membimbing, mengarahkan sehingga kelompok yang lemah lebih termotivasi untuk membuktikan bahwa sebenarnya mereka bukan kelompok yang lemah. Pengelompokan dilakukan dengan terlebih dahulu mengurutkan kemampuan siswa dalam kelas (siswa tidak perlu tahu) dari peringkat kelas.  Misalnya jumlah siswa dalam kelas 32 orang, kita bagi dalam bagian 25% (rangking 1-8) kelompok sangat baik, 25% (rangking 9-16) kelompok baik, 25 % selanjutnya (rangking 17-24) kelompok sedang. 25% (rangking 25-32) rendah. Selanjutnya kita akan membaginya menjadi 6 kelompok (A-F) yang isi tiap-tiap grupnya heterogen dalam kemampuan , berilah indeks 1 untuk siswa dalam kelompok sangat baik, indek 2 untuk kelompok baik, indek 3 untuk kelompok sedang dan indek 4 untuk kelompok rendah.
Kendala lain yang ditemui adalah penugasan anggota kelompok untuk menjadi ahli tidak sesuai kemampuan atau kompetensi yang dikuasainya. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berfikir rendah akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi ketika sebagai tenaga ahli sehingga dimungkinkan terjadinya kesalahan. Sebelum tim ahli kembali ke kelompok asal yang akan bertugas sebagai tutor sebaya, perlu dilakukan tes penguasaan materi yang menjadi tugas mereka. Bila ditemukan ada anggota ahli yang belum tuntas, maka dilakukan remedial yang dilakukan oleh teman satu tim. Dalam hal ini guru berperan sebagai pedamping, penolong, dan mengarahkan siswa dalam mempelajari materi pada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada teman-temannya.
Kendala yang terjadi akan menjadi kekuatan pada pembelajaran ala Jigsaw. Guru sangat berperan dalam mendampingi, mengarahkan, menolong, motivator dan fasilitator saat pembelajaran. Materi yang banyak dapat dicapai dalam waktu singkat. Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat. Peran guru sangat menentukan pada pembelajaran ala jigsaw, diharapkan siswa lebih giat belajar pada malam harinya, mempunyai minat baca,  dan lebih percaya diri dalam menyampaikan pendapat. Hasil belajar yang memuaskan dan karakter siswa dalam berkomunikasi, saling menghargai dan rasa ingin tahu dapat ditingkatkan.

0 komentar:

Posting Komentar